Thursday, 23 June 2016

TEORI CAVIER

TEORI CAVIER

George Cuvier (1762-1832) merupakan orang pertama yang menggunakan perbandingan anatomi untuk mengembangkan sistem klasifikasi haiwan. Cuvier juga merupakan ahli paleontology yang mengamati fosil pada lapisan-lapisan sedimen di muka bumi. Bukti fosil memperlihatkan bahwa setiap lapisan sedimen tanah memiliki sejarahnya masing-masing. Lapisan sedimen yang berdekatan memiliki fosil yang lebih mirip satu sama lain daripada lapisan yang letaknya berjauhan. Bukti yang diperoleh Cuvier tersebut mendukung teori evolusi. Namun, sebagai seorang yang menyakini asas special creation dan fixity of species, Cuvier berpendapat bahwa perbedaan jenis fosil antar lapisan disebabkan oleh suatu bencana. Misalnya makhluk hidup di suatu lapisan musnah akibat bencana, mahkluk hidup yang berada di lapisan atasnya berasal dari daerah lain yang pindah ke daerah tersebut.

Cuvier "beranggapan bahawa ciri-ciri anatomi yang membezakan kelompok haiwan, membuktikan bahawa spesies tidak pernah berubah sejak masa kejadian. Setiap spesies begitu sempurna terkoordinasi, baik secara fungsi maupun secara struktur, sehingga tidak mungkin boleh bertahan menghadapi perubahan yang berarti." Maksudnya, Cuvier percaya bahawa haiwan-haiwan diciptakan dalam kelompok yang berbeza dan tetap, meskipun sekarang kita tahu bahawa "spesies" tidak harus diertikan bahawa sama dengan "jenis" makhluk yang disebutkan dalam Kitab Kejadian.

Sebaliknya, "baik Lamarck mahupun Geoffroy Saint-Hilaire mendukung gagasan bahawa semua haiwan boleh disusun dalam "sebuah rantai besar makhluk" dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit." Lebih lanjut, mereka juga percaya bahawa dengan berlalunya waktu, satu spesies boleh berevolusi menjadi spesies yang lebih tinggi.

Dalam perdebatan panjang tersebut, argumentasi paling kuat yang diajukan Cuvier adalah bahawa Lamarck tidak boleh membuktikan adanya transformasi spesies. Sedangkan Cuvier boleh menunjukkannya dari bukti-bukti yang dibawa kembali ke Prancis oleh tentara Napoleon. Bukti-bukti itu memperlihatkan bahwa haiwan peliharaan tidak berubah sejak zaman Mesir kuno. Dia juga menunjukkan bahawa lenyapnya berbagai jenis haiwan adalah kerana haiwan tersebut musnah, bukan karena berubah menjadi spesies baru."

Cuvier dengan tepat menunjukkan bahqwa dokumen fosil justru menentang evolusi, tidak mendukungnya. Dia mengatakan bahawa "jika spesies memang berubah secara bertahap, kita seharusnya boleh menemukan jejak perubahan itu; antara (fosil) paleotherium dan spesies yang ada sekarang seharusnya ada bentuk antara: tapi ini tidak pernah ada." Hingga sekarang hal ini masih belum terbantah, meskipun berjuta-juta fosil baru telah ditemukan sejak zaman Cuvier.

Gagasan bahawa satu spesies berevolusi menjadi spesies lain sudah ada sejak masa Yunani kuno. Ketika Charles Darwin mempopularkan gagasan evolusi, bertahun-tahun setelah perdebatan antara Cuvier dan lawan-lawannya, dia hanya mengisyaratkan suatu mekanisme baru, yakni seleksi alam sebagai pembenaran gagasan evolusi.

Cuvier dan Lamarck juga tidak sefahaman mengenai bagaimana kehidupan dimulai. Lamarck percaya adanya pemunculan spontan, iaitu bahawa kehidupan berasal dari benda tak bernyawa. Namun, Cuvier menunjukkan bahawa "kehidupan selalu berasal dari kehidupan. Kita melihat kehidupan dialihkan tapi tidak pernah diciptakan." Sampai hari ini, tidak pernah ditemukan adanya kehidupan yang berasal dari yang bukan hidup. Meskipun begitu, kaum evolusionis bersikukuh bahwa hal ini pasti pernah terjadi pada suatu saat.

Anatomi perbandingan tidak membuktikan adanya hewan yang sedang dalam proses transformasi menjadi spesies lain, melainkan menunjukkan bahwa berbagai jenis haiwan memiliki struktur yang serupa. Kaum evolusionis seringkali menyatakan, ini membenarkan keyakinan mereka bahwa satu jenis haiwan boleh berubah menjadi haiwan lain. Tapi masuk akal juga bahwa kesamaan ini disebabkan karena Pencipta yang sama merancang dan menggunakan pola yang sama untuk fungsi yang sama pada jenis hewan yang berbeda. Cuvier sendiri menolak gagasan keserupaan struktur tulang sebagai dasar pembenaran evolusi.

Dalam mempelajari anatomi berbagai haiwan, para ilmuwan kadang menemukan organ yang fungsinya tidak diketahui. Organ semacam ini dikenal sebagai "organ vestigial". Kaum evolusionis mengasumsikan bahawa organ-organ ini adalah sisa dari organ yang dulu berguna bagi nenek-moyang makhluk yang berevolusi.

Meskipun Curier mengakui bahwa "organ vestigial ada dan karena itu harus dipelajari," dia tidak menganggap hal itu penting, karena dua alasan. Pertama, pada masa Cuvier tidak banyak ditemukan organ yang tidak jelas fungsinya. Kedua, Cuvier menganggap organ-organ itu sebagai "bagian penting dari Penciptaan, dan oleh karena itu keberadaannya pasti mempunyai alasan, sekalipun kita tetap tidak tahu." Cuvier yakin bahwa organ yang disebut "vestigial" bukanlah sisa-sisa evolusi yang tak ada manfaatnya, melainkan organ berguna yang masih belum diketahui fungsinya.

Temuan ilmiah akhir-akhir ini membenarkan keyakinan Cuvier mengenai kegunaan organ-organ tersebut. Misalnya, ujung tulang belakang manusia (sering disebut sebagai tulang ekor) dulu dianggap sebagai sisa (yang tidak berguna) dari ekor monyet yang dianggap Sebagai nenek-moyang kita. Sekarang diketahui bahwa tulang itu adalah titik kaitan penting bagi otot-otot penopang tubuh dan isi perut kita. Contoh lain adalah amandel, yang dulu dianggap tidak berguna dan biasanya dibuang jika mengalami peradangan. Sekarang diketahui bahwa "amandel adalah alat penting untuk melawan penyakit. Seratus delapan puluh organ lain yang dulu dianggap tidak berguna dan hanya sebagai sisa evolusi saja, sekarang diketahui mempunyai fungsi penting."

Dalam era penjelajahan dunia yang terus-menerus menghasilkan temuan tanaman dan hewan baru, dibutuhkan pemutakhiran dan peningkatan atas sistem penggolongan yang dikembangkan oleh pakar biologi Carl Linnaeus. Sampai sekarang masih dipakai pendekatan dasar Linnaeus yang menggunakan sistem bercabang serta penggolongan tanaman dan hewan menjadi kategori dan subkategori menurut fungsi bagian tubuhnya. Sistem penamaannya yang terdiri atas dua bagian juga masih dipakai sampai sekarang.

Cuvier "memperluas dan menyempurnakan sistem penggolongan Linnaeus dengan mengelompokkan kelas-kelas yang berkaitan menjadi kelompok yang lebih besar, disebut phyla." (Dalam sistem Linnaeus, kelas adalah kelompok terbesar.) Alih-alih menggolongkan hewan menurut struktur luarnya seperti yang dilakukan Linnaeus, Cuvier menggolongkannya menurut struktur dalamnya karena ini merupakan indikator yang lebih baik mengenai persamaan dan perbedaan mereka secara umum.

Langkah pertama yang ditempuh adalah mengategorikan hewan menurut struktur sistem sarafnya, kemudian menempatkan mereka dalam sub-kategori menurut fungsi sistem lainnya. "Sistem penggolongan baru ini serta karya-karya lainnya yang sangat luas dan lengkap, yang didasarkan atas sistem tersebut, sangat membantu para pakar pada zamannya untuk mengerti dan mennahami semua informasi baru mengenai hewan." Lebih lanjut, "sejak itu, asas Cuvier menjadi acuan bagi para pakar biologi dalam melakukan penggolongan" meskipun sistemnya telah mengalami banyak perubahan.

Dengan memasukkan hewan yang telah menjadi fosil ke dalam sistem penggolongannya, Cuvier menempatkan palaeontologi (kajian tentang fosil) di atas dasar ilmiah yang kukuh. Membandingkan fosil hewan yang sudah punah dengan struktur hewan yang masih hidup memungkinkan Cuvier menentukan kemungkinan fungsi bagian tubuh hewan-hewan yang telah menjadi fosil. Kemudian dia bisa menempatkan hewan-hewan tersebut ke dalam struktur penggolongan hewan-hewan yang masih hidup. (Salah satu fosil hewan yang paling menarik yang diidentifikasi Cuvier adalah reptil terbang yang disebutnya "pterodaktil".)

No comments:

Post a Comment